Selasa, 06 Desember 2011

Penerapan Teori Hegemoni pada Cerpen


BENTUK HEGEMONI CERPEN PEMBURU KARYA AGUS NOOR

            Cerpen Pemburu karya Agus Noor di analisis dengan menggunakan teori hegemoni. Teori hegemoni adalah suatu teori yang menunjukkan dominansi dari satu atau beberapa pihak terhadap pihak lain yang dilakukan dengan cara terus-menerus. Hegemoni merupakan suatu hal yang dengan mudah dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hegemoni sebagai konsep untuk mendominasi, mengarahkan dan mengendalikan orang lain melalui ide dan gagasan mampu mendukung kekuasaan kelompok sosial tertentu. Pada hakekatnya hegemoni akan selalu punya taktik untuk terus-menerus memperoleh dukungan dan sebaliknya yang tertindas tidak selalu berani melakukan perlawanan.
Dalam cerpen ini tampak dominasi atau penindasan pemburu terhadap binatang-binatang, manusia, dan para kiai. Hal ini tampak pada kutipan-kutipan yang sebagaian besar mencerminkan bentuk dominasi-dominasi tertentu.
a)    Hegemoni pemburu terhadap binatang-binatang
            Dalam cerpen ini tampak hegemoni pemburu sebagai bangsa yang besar selama berabad-abad tak pernah gagal memburu binatang-binatang hingga menjelajah keseluruh hutan, hal ini tercermin dalam kutipan:
“Kami adalah bangsa pemburu yang besar. Siapakah yang tak tahu akan hal itu? Kami tak pernah gagal memburu sesuatu. Telah kami jelajahi seluruh hutan. Telah kami bongkar tiap lekuk pegunungan. Telah kami sibak semua palung lautan. Nenek moyang kami telah membentuk kami sebagai pemburu paling ulung” (Halaman 1).

Selain kutipan diatas, bentuk hegemoni juga tercermin ketika pemburu merasa bahwa kekuasaan merupakan satu-satunya cara untuk mempertahankan kebanggaan dan kehormatan. “Kami mengembara dari satu benua ke benua lainnya, untuk memburu binatang-binatang, bukan sebagai cara kami bertahan menghadapi hidup, tetapi lebih untuk kebanggaan dan kehormatan(Halaman 1).
Bentuk hegemoni semakin tercermin dengan jelas ketika pemburu perlahan-lahan telah menghabiskan dan membunuh seluruh binatang-binatang di dunia untuk mepertahankan kehormatan, seperti tercermin dalam kutipan “Tapi sudah lama kami kesulitan menegakkan kehormatan macam itu. Karena, seperti kami katakan tadi, semua binatang telah habis kami buru, kami bunuh (Halaman 2).

b)   Hegemoni pemburu terhadap manusia
            Bentuk hegemoni lain juga tercermin ketika pemburu sebagai bangsa yang besar atau sebuah negara yang berkuasa melakukan kekerasan bahkan memburu budak-budak untuk mempertahankan kekuasaan dan kekuatan. Tercermin dalam kuitpan berikut.
“Kami akan memburu manusia, untuk menggantikan binatang yang kini telah musnah. Maka kami pun membeli ratusan budak. Mereka kami beri kesempatan untuk bebas, dengan cara melarikan diri. Mereka kami lepas ke tengah hutan, membiarkan mereka lari dan menghilang, baru kemudian kami memburu mereka. Itu menjadikan kami begitu bahagia” (Halaman 2).

            Hegemoni tersebut tidak hanya dilakukan oleh pemburu sebagai bangsa yang besar tetapi juga banyak orang diluar suku, dan dari banyak negara yang mengikuti cara kekerasaan, seperti yang dilakukan para jendral, orang-orang besar dinegara lain, para raja, puluhan kepala negara, para bangsawan dan pengusaha besar yang mengandalkan kekuatan untuk melakukan penindasan.
“Rupanya, tak hanya kami yang suka dengan permainan semacam itu. Ketika kisah-kisah kami menjalar ke banyak negara, banyak orang diluar suku kami, mendatangi kami, untuk ikut menikmati perburuan itu. Mula-mula, banyak diantara kami yang menolak, karena hal itu dianggap akan mengotori kemurnian darah pemburu kami. Tetapi kami tak bisa menolak, ketika dari banyak yang datang ke pada kami itu adalah para jendral, orang-orang besar di negara mereka, para raja, puluhan kepala negara, para bangsawan dan pengusaha besar” (Halaman 3).

            Pemburu merampas, menguasai, dan menjarah para buruannya yakni rakyat, para penjahat yang telah divonis mati, para tokoh oposisi yang tak mereka sukai, para demonstran, dan kaum intelektual.
            Tak hanya itu, kaum perempuan, anak-anak Palestina, ribuan orang yahudi, hingga ke banyak negara melalukan tidakan kekerasaan untuk mempertahankan kemenangan.
“Ketika kami menjarah perempuan dan membunuhi anak-anak, ketika kami memburu ribuan orang Yahudi untuk kami kirim ke kamp konsentrasi, ketika kami menembaki anak-anak Palestina, ketika kami memburu dan membantai orang-orang muslim di Bosnia, ketika kami mengirim pasukan pemburu ke banyak negara untuk meluluhlantakkan apa saja, tak ada lagi kegairahan karena kemenangan” (Halaman 4).
                                                                 
c)    Hegemoni pemburu terhadap para kiai
            Tidak hanya memburu binatang, manusia yang telah habis dan dikuasai dibumi, pemburu juga memburu kiai. Mereka memanfaatkan jutaan kiai untuk mendatangkan jibril. Perburuan terhadap jibril merupakan pengalaman abadi sesungguhnya yang membangkitkan jiwa perburuan yang sejati dengan melakukan dominasi terhadap kiai. Mereka menggiring kiai ke sebuah masjid kecil di pinggir hutan dan membakar masjid masjid tersebut untuk mempertahankan kekuasaan.
Jangan salahkan kami. Dan kami segera menyerbu, masuk dalam masjid itu, tetapi, luar biasa, semua dari kami yang masuk ke dalam masjid itu, lenyap seketika, raib begitu saja. Tiba-tiba tubuh mereka hilang tak berbekas, bagai masuk ke tabir ruang dan waktu pada dimensi lain, tertelan dan lenyap. Kami panik. Kemarahan kami menyalakan api di tangan, berkobar dan segera kami lempar pada masjid itu. Kami bakar masjid itu, hingga kayu-kayu bergemeretakan, dan api melahap cepat, membumbung” (Halaman 7).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar